9.9.09

Renungan Ramadhan

Puasa, Dusta, dan Bencana
Oleh: Bashori Muchsin

Aku mengamati semua sahabat dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberikan nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezeki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada sabar. (Khalifah Umar)

Yang disampaikan Umar tersebut mengingatkan kita bahwa salah satu anatomi tubuh manusia yang menentukan adalah lidah. Berkat lidah kita, masyarakat dan negeri ini selamat dan menjadi kuat. Berkat lidah pula, masyarakat dan negeri ini bisa terpuruk sekarat.

Dari lidah, seseorang bisa disuruh, diperintah, atau dijadikan objek sabda pandhita ratu. Dari lidah, bisa dikeluarkan rekomendasi, memo, atau instruksi untuk melakukan sesuatu yang semula terbilang sulit dan mission imposible. Dari lidah, dakwah bil-lisan yang bercorak (bermuatan) penyejahteraan dan pemanusiaan manusia bisa dilakukan dan disosialisasikan.

Sebaliknya, dari lidah kita, berbagai bentuk rekayasa kekuasaan seperti penyimpangan etika birokrasi dan penodaan sumpah jabatan bisa marak di mana-mana dan mengultur. Dari rekayasa kekuasaan ini, misi sakral negara yang bersifat membebaskan dan memartabatkan rakyat akhirnya terjegal dan digantikan oleh misi pengistimewaan kepentingan pribadi dan supremasi kroni. Negara yang menurut Ibnu Khaldun sebenarnya berperan strategis dalam melahirkan perubahan besar dalam peradaban manusia, akhirnya disegel oleh pilar-pilarnya ke wilayah ''petaka komplikatif".

Adagium yang cukup populer menyebutkan ''siapa menabur angin akan menuai badai", atau siapa menunjukkan sikap, perkataan, dan perbuatan buruk, tercela, atau kotor, maka dia akan menuai akibat buruknya. Dampak buruk itu ada yang berskala kecil atau besar, bergantung jenis ucapan (lidah), sikap, dan perbuatan buruk yang dilakukan.

Bencana dalam kehidupan keseharian kita pun demikian. Ada yang kecil atau besar, ada yang bersifat privat, dan ada pula yang bersifat publik. Korban bencana itu pun mengiringi jenis bencana yang terjadi. Kalau bencananya bersifat privat, yang menjadi korban pun terbatas. Kalau bencananya di wilayah publik, yang jadi korban pun bisa berlapis-lapis.

Dalam wilayah privat, anak bisa menjadi korban bencana perceraian yang dilakukan atau ''dihalalkan" oleh orang tuanya. Sebut, misalnya, selebriti (artis) yang gemar kawin-cerai tak bisa dimungkiri bahwa opsi itu mendatangkan ''bencana" tersendiri bagi perkembangan (pertumbuhan) fisik maupun psikologis anak-anaknya.

Dalam wilayah publik, sudah demikian sering kita saksikan korban bencana yang berhubungan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan buruk yang terjadi di masyarakat, khususnya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang didaulat menjadi pemegang amanat.

Di lingkaran privat saja, seseorang yang gagal menjaga ''kesahihan" dan kesalehan lidahnya atau tak teguh menjaga kejujuran dan ''menghalalkan" (menabur) dusta, yang antara lain bisa dibaca dalam kasus punya ''orang ketiga" (the other man-the other woman), dapat mendatangkan bencana, baik perceraian maupun kriminalitas. Karena itu, tak bisa dibayangkan besarnya bencana bila orang yang lidahnya tak sahih atau tak jujur tersebut berasal dari kalangan pemegang amanat.

Ketidaksahihan pemegang amanat itu memang realitasnya telah menghadirkan banyak ''badai" (bencana) di negeri ini. Sudah sangat sering diberitakan tentang ringkih atau mudah retak dan ambruknya konstruksi jembatan, gedung, atau fasilitas publik lainnya yang berhubungan dengan praktik pendustaan yang dilakukan oknum pemegang amanat lewat cara-cara markup.

Tidak sedikit pula oknum pejabat yang ketika awal menjabat di pos strategis sangat fasih mengucapkan "demi Allah" saat dilantik, namun ketika roda jabatannya berjalan, kesucian sumpah jabatannya dilindas oleh roda kepentingan yang berputar, yang menawarkan keuntungan besar dari pembabatan atau penghancuran hutan lindung, yang diaktori oleh kriminal-kriminal dari negara tetangga. Padahal, jelas-jelas ongkos ucapan, sikap, dan perilaku berlebihan itu dapat menghancurkan dan bahkan ''mengubur" negeri ini.

Allah menyebut dalam firman-Nya, ''Dan bila kami ingin menghancurkan sebuah negeri, Kami suruh kelompok matraf-nya (membaca peringatan Kami), tapi malah mereka menja­di fasik (melewati batas dan berfoya-foya). Oleh sebab itu, pantaslah mereka diberi azab, lalu Kami hancurkanlah (negeri itu) sehancur-hancurnya" (QS 17: 16).

Ayat tersebut mengandung prinsip kausalitas ''siapa menabur angin akan menuai badai". Siapa pun yang terlibat sebagai pelaku, pelindung, dan pembenar perbuatan melampui batas seperti menghancurkan atau mengapitalismekan sumber daya alam, maka bencana besar bisa menimpanya. Gempa yang bersifat menghancur-leburkan negara ini, melebihi tsunami Aceh, bukan tak mungkin bisa terjadi bila manusia tetap meneruskan aksi kezaliman secara berlapis dan bahkan absolut.

Momentum Ramadan yang sudah mulai diingatkan dengan kehadiran ''tamu" (bencana) selayaknya menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa lidahnya telah sekian lama tergelincir dalam ketidaksahihan dan ketidaksalehan sehingga wajib hukumnya dipuasakan. Lidahnya selama ini tak nyaring menyuarakan keadilan dan kemanusiaan, atau tak ''dipuasakan'' dari kefasihan memerintahkan penyimpangan dan pengebirian hak publik.

Puasanya seharusnya mengembalikan derajat kemanusiaannya sebagai khalifah, yang oleh Rais Aam PB NU KH M.A. Sahal Mahfudz disebut sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah di atas makhluk yang lainnya di muka bumi ini. Pengertian khalifah ini ber­fungsi penugasan dan pembebasan (taklif) untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan bermodal kekuatan fisik dan berpi­kir. Pembebasan yang jadi tugas kekhalifahan manusia itu, antara lain, mewujudkan perubahan. (*)

*). Bashori Muchsin, guru besar dan pembantu rektor II Universitas Islam Malang dan penulis buku '' Pendidikan Islam Kontemporer''

(Diambil dari Jawa Post, Kamis, 10 September 2009)

14.8.09

Lelaki dan Layang-Layang


Kota ini terdiam dalam keheningan dan dinginnya malam. Sepertinya, kota tempat aku menata mimpi mulai tertidur lelap dan yang terasa hanya kesendirian. Salah satu hal yang aku senangi adalah berpikir dalam gelap, bahkan menangis dalam gelap. Aku pejamkan mataku kuat, mulai membayangkan seperti apa gelapnya kuburku nanti. Segera aku buka mata secepatnya.

Peristiwa lima bulan yang lalu benar-benar masih melekat kuat dalam ingatan, bahkan hingga detik ini. Sebenarnya, jiwaku memberontak dengan apa yang telah aku perbuat terhadap diriku sendiri. Waktu itu aku benar-benar tak berdaya, hanya diam lalu menangis. Bagiku, dunia tak ada lagi. Banyak hal yang harus dipersiapkan ketika cinta hadir karena cinta akan mengubah banyak hal. Beberapa teman terdekatku pun mengatakan bahwa mereka tak merasakan diriku yang tegas dan berani ambil keputusan.

"Mungkin kamu diguna-guna!" Ain mulai tak sabar karena tak satu pun kutanggapi dengan serius. "Kamu denger nggak sih! Kamu nggak bisa kayak gini terus, sudah satu minggu!"

Dalam gelap aku tersenyum mengingat semua yang telah terjadi. Rapuhnya aku karena kehilangan Aji membuatku tak menghiraukan tugas-tugas yang menumpuk, melupakan teman-teman yang selalu ada untukku. Tapi, hatiku tak bisa memungkiri semuanya, aku mengharapkannya dan malam ini aku merindunya. Rindu yang kutujukan untuk dia yang telah membuat peta hidupku berubah dalam sekejap. Dia yang mampu menguasai hari-�hariku tanpa syarat aku menyerah. Menyerah untuk memberikan cinta terindah yang aku simpan dalam diam.

Kesempatan emas yang aku tunggu-tunggu berlalu begitu saja. Karena yang paling berharga saat itu adalah aku tak ingin Aji menjadi milik orang lain. Hal gila yang telah aku lakukan adalah harus mengatakan cinta kepadanya agar wanita yang dipilihnya adalah aku. Tanpa hati dia menerimaku hanya satu jam, lalu memutuskanku dan mengatakan bahwa dia tidak memilihku.

Sebenarnya dia tahu bahwa aku memiliki perasaan yang lain untuknya, tak lagi menganggapnya sebagai teman. Semakin aku mengingat apa yang telah dilakukannya untukku, semakin aku merindunya.

"Kamu tahu, waktu kecil aku suka mengejar layang-layang. Pernah aku sudah mendapatkannya, tapi teman-teman masih berambisi untuk memilikinya."

"Akhirnya?" Aku memotong ceritanya tentang masa kecilnya.

"Aku dapat layang-layang rusak. Sedih rasanya waktu itu." Matanya menerawang bersama masa kecilnya

"Aku ingin seperti layang-layang itu," kataku.

"Aku ingin cintamu seperti layang-layang itu. Aku ingin kamu tak akan melepas aku begitu saja." Dia pun tersenyum. Senyum yang bermakna bahwa dia akan melepasku.

Keputusan yang telah dibuatnya tetap saja membuatku tak menerima. Sebagai laki-laki sejati dia tidak memiliki keberanian bersikap sedikit pun. Aku labil begitu pula dirinya.

"Aku sudah memutuskan Eva," katanya dalam telepon pagi itu.

Aku di antara senang dan sedih. Sebelum aku mengatakan bahwa aku suka kepadanya, dia telah menyatakan suka kepada wanita lain, yaitu Eva. Aku hadir dalam waktu yang sangat tidak tepat. Waktu itu aku meminta kepadanya tidak meninggalkanku untuk sementara. Dia pun menyanggupi. Selama dia ada bersamaku, dia menyadari bahwa sebenarnya ada cinta untukku.

"Dia marah. Sebab, menurutnya aku plin-plan dalam bersikap. Aku memang mengatakan suka kepadanya, tetapi dia tidak berani berkomitmen, dan aku tidak ingin hubungan yang terjalin tanpa arah. Komitmen itu aku dapatkan darimu."

"Eh, ada SMS dari Eva," katanya tiba-tiba, aku terhenyak, takut.

"Dia memintaku untuk menghubunginya segera, kamu gak usah takut, nanti aku hubungi lagi. Gak apa-apa kan, kamu jangan takut."

Hampir satu jam lebih aku menunggunya untuk menghubungiku lagi. Entah apa yang terjadi.

"Eva mengubah keputusan. Dia berani berkomitmen." Tanpa kuminta dia langsung menjelaskan. Aku hanya diam tak tahu harus berkata apa. "Kamu pasti bisa jalani semuanya." Itu kata-kata terakhirnya dalam telepon.

Malam makin menua, tak terasa pipiku basah mengingat semuanya. Dia adalah lelaki layang-layang yang terbang tinggi dan pergi bersama angin. Dan aku tidak akan pernah tahu ke mana dia pergi untuk mendarat, mendaratkan hatinya. Awalnya aku ingin hanya mencintainya dalam diam, semakin aku menyimpannya semakin aku rapuh karenanya.

Begitu banyak kata-kata yang dia ucapkan, tapi tak satu pun yang ditepatinya. Ternyata aku belum berkemas untuk melupakan semua tentangnya. Malam ini aku insomnia untuk sekian kalinya. Kunyalakan lampu kamar dan aku cari semua tentang dia. ***

Penulis: Endah Tri Utari Amboina

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang
[Jawa Post, Senin, 02 Februari 2009]

15.9.08

EVALUASI PROGRAM VIDEO EDUKASI

Dalam segala hal pekerjaan orang akan melihat keberhasilan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Untuk melihat apakah pekerjaan yang dilasanakan telah mencapai hasil sesuai tujuan yang ditetapkan perlu adanya evaluasi. Balai Pengembangan Media Televisi sebagai lembaga yang merancang dan mengembangkan media instruksional guna membantu proses belajar perlu juga mengetahui apakah program-program media video yang dikerjakan telah berhasil sesuai harapan. Untuk menetapkan keberhasilan atau kebaikan media diperlukan informasi yang lengkap dan akurat tentang media tersebut. Untuk itu evaluasi program video edukasi mutlak diperlukan.

A. Pengertian Evaluasi Program Video Edukasi
Evaluasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu evaluation, yang berarti mengevaluasi atau menilai. Evaluasi tersebut mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu.
Kegiatan evaluasi terhadap suatu program video memiliki fungsi yang sangat penting. Evaluasi program merupakan proses atau upaya untuk melakukan pemerian, pengumpulan, dan penyediaan informasi tentang suatu program yang telah dibuat. Informasi ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kelanjutan dari program tersebut. Data-data yang dihasilkan dari kegiatan ini sangat diperlukan untuk keperluan perbaikan dan penyempurnaan program-program video yang dihasilkan agar program menjadi layak untuk disiarkan atau dimanfaatkan peserta didik yang menjadi sasaran program. Evaluasi program video edukasi ini dapat dilakukan secara formatif dan secara sumatif.

B. Tahapa Evaluasi Media Video
Salah satu pendekatan dalam evaluasi program video adalah klasifikasi berdasarkan aspek yang akan dievaluasi. Klasifikasi ini dibedakan menjadi :
1. Evaluasi terhadap masukan
Evaluasi terhadap masukan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sarana dan prasarana yang mendukung pencapaian tujuan, baik menyangkut kelengkapan fasilitas, kualitas serta penggunaanya.
2. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses ditujukan pada kegiatan-kegiatan program, khususnya mengenai peranan berbagai komponen dalam berlangsungnya proses kegiatan tersebut.
3. Evaluasi terhadap hasil
Evaluasi terhadap hasil ditujukan pada pencapaian kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang telah diperoleh
Tiagarajan dan Stolovitch menggambarkan adanya enam tahapan evaluasi yang perlu dilakukan dalam pengembangan-pengembangan media instruksional. Keenam tahapan tersebut berbeda dalam hal pelaksanaan, dan juga dalam hal lingkupnya. Keenam tahapan tersebut meliputi : Self Appraisal, Expert Appraisal, Individual Tryout, Group Tryout, Field Test, dan Maintenannce.

1. Self Appraisal
Self Appraisal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pengembang sendiri. Kegiatan ini terjadi bila yang bersangkutan menilai rancangan/naskah program media atau prototipe yang dibuatnya. Umpan balik yang diperolehnya selanjutnya dipergunakan untuk memperbaiki, meningkatkan rancangan/naskah atau prototipe yang bersangkutan. Menilai transparansi yang dibuat sendiri tergolong kegiatan self appraisal.

2. Expert Appraisal
Expert Appraisal adalah kegiatan mencari informasi (umpan balik) dari para ahli terhadap naskah/rancangan prototipe yang dikembangkan. Para ahli tersebut adalah ahli (atau minimal mengetahui) bidang studi atau media instruksional. Informasi mereka hendaknya dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki naskah/rancangan/prototipe tersebut.
Apabila dua tahap pertama dilaksanakan dengan baik dan benar, maka program yang dikembangkan akan lebih baik daripada tidak dievaluasi sama sekali. Apabila diinginkan lebih yakin lagi akan kebolehan program media tersebut maka naskah/rancangan/prototipe program tersebut hendaknya dicoba ke sasaran di lapangan.
Keuntungan yang diperoleh melakukan kegiatan uji coba adalah sedapat-dapatnya menghilangkan kekukangan/kelemahan program media yang dikembangkan. Tindakan yang kurang bijaksana jika menggandakan dan menyebarluaskan media yang mempunyai kelemahan dan kesalahan. Itu tindakan pemborosan. Jika suatu program telah teruji keefektifan dan efisiensinya maka semakin banyak program digandakan akan semakin hemat biaya.

3. Individual Try-Out
Individual Try-Out adalah evaluasi satu lawan satu, bertujuan mengidentifikasi masalah-masalah besar dan jelas yang ada dalam draft pertama program media instruksional dan segera merevisi draft media tersebut atas dasar masukan yang diperolehnya. Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari kegiatan ini meliputi :
a. Kesalahan dalam memilih lambang visual
b. Kurangnya contoh
c. Terlalu banyak atau sedikitnya materi
d. Urutan penyajian yang keliru
e. Pertanyaan atau petunjuk yang kurang jelas
f. Tujuan tidak sesuai dengan materi
Sebelum melaksanakan evaluasi ini draft atau prototipe media instruksional tersebut harus sudah ada, walaupun belum dalam bentuk final. Apabila media tersebut noncetak, story board sudah cukup untuk dipakai mengadakan kegiatan ini. Setelah selesai percobaan program tersebut kesatu sasaran dan revisi telah dilakukan, barulah dicobakan ke sasaran berikutnya dengan prosedur yang sama. Baru setelah ini prototipe dicobakan ke kelompok kecil.

4. Group Try-Out
Group Try-Out merupakan evaluasi kelompok kecil. Evaluasi kelompok kecil bertujuan untuk Mengetahui revisi –revisi yang dilakukan pada tahap terdahulu efektif atau tidak, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan atau kelemahan yang tersisa, dan menentukan fisibilitas administratifnya
Untuk itu maka bahan-bahan yang akan dicobakan sudah terbentuk rapi walaupun belum final atau sempurna. Pada tahap ini program perlu dicobakan pada 8 sampai 24 orang responden yang mewakili target populasi. Mengapa jumlah tersebut ? Sebab jumlah yang kurang dari 8 orang data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sebaliknya jika lebih dari 24 orang data tersebut melebihi dari yang diperlukan dan kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam evaluasi kelompok kecil. Jumlah tersebut tidak harus semuanya berkumpul dalam satu ruangan bersama-sama, tergantung pada hakikat media yang dirancang. Perlu diusahakan jumlah itu mewakili siswa/sasaran yang kurang pandai, sedang, dan pandai; laki-laki dan perempuan; berbagai usia; dan latar belakang.
Apabila program media yang dibuat untuk proses belajar mengajar di kelas, pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan guru atau dosen kelas (dengan petunjuk dari dosen evaluasi media), atau dosen sendiri sebagai perancang dan pengembang media.

5. Field Test
Field Test atau Field Evaluation adalah tahap akhir evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Perlu diusahakan memperoleh situasi yang semirip dengan situasi yang sebenarnya.
Setelah melalui evaluasi dua tahap di atas tentunya media yang dibuat sudah mendekati kesempurnaan. Namun dugaan itu masih perlu dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang dibuat itu diuji.
Satu hal yang perlu dihindari untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi evaluasi lapangan adalah apa yang disebut dengan efek halo (Hallo Effect). Situasi seperti ini muncl apabila media itu dicobakan pada kelompok responden yang salah. Misalnya apabila dikembangkan media film bingkai atau transparansi lalu dicobakannya pada siswa-siswa yang belum pernah melihat program film bingkai atau transparansi. Atau mungkin juga bahan belajar/kuliah mandiri yang dicobakan kepada siswa yang tak pernah belajar secara mandiri sebelumnya. Pada situasi seperti ini informasi yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga hasilnya kurang dapat dipercaya.
6. Maintenannce Evaluation
Evaluasi pemeliharaan terhadap media hendaknya dilakukan terhadap semua jenis media. Hal ini perlu diupayakan agar usia media tersebut bisa bertahan lebih lama. Evaluasi yang berkaitan dengan pemeliharaan media sangat ditentukan sejauh mana perawatan yang maksimal terhadap media telah dilakukan.
Perawatan terhadap berbagai jenis media secara umum meliputi :
• Membersihkan secara rutin bagian-bagian media
• Menyimpan media di tempat yang bersih, nyaman, aman dan temperatur yang sesuai
• Penataan/penempatan sesuai dengan jenis media
• Membersihkan katalog untuk masing-masing media, dan lain-lain
Dengan demikian maintenannce evaluation harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan, agar pemeliharaan dapat dilakukan secara maksimal. Untuk mengetahui apakah maintenannce telah dilakukan secara rutin dan maksimal, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan antara lain :
- Apakah tempat penyimpanan macam-macam media benar-benar bersih, aman, nyaman, dan lain-lain?
- Apakah dilakukan pembersihan bagian-bagian media secara rutin?
- Apakah penataan/penempatan media sesuai?
Evaluasi media / program video edukasi yang baik perlu memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Beorientasi pada tujuan
2. Sifatnya komprehensif
3. Menggunakan berbagai pendekatan
4. Serasi dan berkesinambungan
5. Berfungsi ganda
6. Berorientasi pada kriteria keberhasilan

Langkah-langkah Evaluasi Program Televisi/Video Pembelajaran
Evaluasi melalui uji coba lapangan ini, ditempuh dengan cara menguji cobakan program dengan melibatkan peserta didik dalam jumlah yang terbatas, tetapi telah terwakili seluruh karakteristik yang ada pada peserta didik yang akan menjadi sasaran program.

1. Evaluasi Tahap Awal (Preview)
Setelah program televisi/video pembelajaran selesai diproduksi, sebelum diuji cobakan ke lapanan kepada peserta didik dalam jumlah yang terbatas terlebih dahulu program tersebut perlu kita evaluasi secara intern, evaluasi pada tahap ini sering disebut dengan istilah preview program. Pada kegiatan preview ini kita libatkan sejumlah orang untuk dimintai pendapat, dan komentar-komentarnya untuk memberikan saran, dan penilaian tentang program-program televisi/video pembelajaran yang akan ditayangkan/dimanfaatkan oleh peserta didik.
Komentar, saran, pendapat maupun penilaian yang diminta dari mereka yang menyangkut berbagai aspek yang berhubungan dengan program televisi/video pembelajaran (aspek materi, aspek kurikulum, aspek pembelajaran, dan media).
Orang-orang (responden) yang akan dimintai untuk memberikan saran, pendapat, dan penilaian dalam kegiatan ini adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidang: materi pembelajaran, kurikulum, pengembangan instruksional, dan pihak penyandang , dana/sponsor.
Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Responden dikumpulkan pada suatu tempat yang representatif (nyaman), kemudian evaluator menjelaskan kepada responden tentang maksud, dan tujuan mereka diundang.
b. Program diputar, responden memperhatikan dengan seksama, kalau perlu sambil membuat catatan-catatan kecil.
c. Responden diminta untuk memberikan saran, komentar maupun pendapat-pendapatnya tentang program yang baru saja mereka saksikan dengan mengisi instrumen yang telah disediakan.
d. Analisis hasil evaluasi berdasarkan masukan-masukan dari para responden yang dikerjakan oleh evaluator.
e. Perbaikan/penyempurnaan program oleh tim kerabat kerja produksi ber-dasarkan hasil analisis yang disampaikan oleh evaluator.
f. Sekali lagi mengun, dang para responden yang terlibat dalam kegiatan preview untuk melihat kembali program televisi/video yang telah diperbaiki berdasarkan masukan-masukan yang mereka berikan.
g. Bila hasilnya telah dinyatakan bagus, maka program siap diuji cobakan di lapangan kepada peserta didik dalam jumlah yang terbatas.
Tetapi bila program ternyata masih ada lagi yang perlu diperbaiki , dan disempurnakan, maka kerabat produksi masih mempunyai tugas untuk memperbaikinya.

2. Evaluasi Lanjutan (Uji Coba Lapangan)
Evaluasi ini merupakan kegiatan lanjutan setelah program televisi/video pembelajaran dinilai bagus atau layak untuk ditayangkan oleh tim penilai yang melakukan preview program.
Secara umum kegiatan evaluasi pada tahap ini antara lain bertujuan untuk mengetahui :
a. Reaksi peserta didik selama mereka mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media televisi/video.
b. Bagaimana pendapat , dan saran-saran dari pemirsa (khususnya peserta didik yang menjadi sampel uji coba) terhadap program-program televisi/video yang telah mereka manfaatkan baik dari segi kemudahan penyampaian materi pembelajarannya untuk mereka pahami, manfaat yang mereka rasakan setelah memanfaatkan program (khususnya yang berhubungan dengan penambahan pengetahuan, dan keterampilan), dimana letak daya tarik program, dan lain-lain.

17.7.08

Pengembangan Media Pembelajaran

ABSTRACT

Purnomo, Edi. 2007. Development of learning Video Media for the Deaf Extraordinary students of Elementary School in Sidoarjo. Thesis of Learning Technology Program, Pascasarjana Program of PGRI Adi Buana University Surabaya. Advisor: (1) Prof. Dr. Nyoman Sudana Degeng, M. Pd., (2) Drs. Karel Purba, SE., MM.

Key Word: Development, Learning Video Media for The deaf students.

Government regulation no. 72, 1991 especially arranged about the holding extraordinary education. One of them is holding the education for the deaf students. The extraordinary education purposes to help the students that have Physical or mental anomaly, so that they can develop their attitude, Knowledge, and skills as a person or society member in performing the interrelationship with social environment, cultural, and environment, and also can develop the ability in the job world or join in the next education.
To increase the efficiency and affectivity of learning process for the deaf students needs a planning and a learning development specially suited with the students’ character. That case can be applied for example with developing the learning strategy and developing learning media, by exploiting excess owned by the deaf students, it is sense of sight. To maximize the potential, technology application is a suitable solution. By exploiting the learning technology, learning process that is very effective and efficient is big opportunity to reach.
Developing the learning media video for the deaf students, is back-grounded the reason that is still limited the learning media video designed specially for the deaf students. Learning video program that is developed specially the deaf students by using the total with communication approach by deceiving visual audio potency that has an opportunity to create the effective and efficient learning, because it can help to deliver the massage with functioning the two both of senses.
The purpose of development of this learning media video is to produce the learning video media format that is suitable with the deaf students’ character by following the instructional development procedure Dick and Cerey.

The development activity produced one program of learning video. Based on the review of the result contain, linguist, designer of media, and target s got data about accuracy of learning video media contain, accuracy of learning video media language, accuracy of learning strategy, and interesting learning video media for the deaf students of elementary school in Sidoarjo. From the data got, known product of learning video media development for the deaf students of elementary school in Sidoarjo is proved having accuracy and interesting as learning video media that is suitable with the students’ level and characteristic.

Pohon Perdamaian

Pohon Perdamaian
Pohon "Sumpah Gajah Mada" mojo di Jepret di Hotel Manohara Borobudur