15.9.08

EVALUASI PROGRAM VIDEO EDUKASI

Dalam segala hal pekerjaan orang akan melihat keberhasilan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Untuk melihat apakah pekerjaan yang dilasanakan telah mencapai hasil sesuai tujuan yang ditetapkan perlu adanya evaluasi. Balai Pengembangan Media Televisi sebagai lembaga yang merancang dan mengembangkan media instruksional guna membantu proses belajar perlu juga mengetahui apakah program-program media video yang dikerjakan telah berhasil sesuai harapan. Untuk menetapkan keberhasilan atau kebaikan media diperlukan informasi yang lengkap dan akurat tentang media tersebut. Untuk itu evaluasi program video edukasi mutlak diperlukan.

A. Pengertian Evaluasi Program Video Edukasi
Evaluasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu evaluation, yang berarti mengevaluasi atau menilai. Evaluasi tersebut mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu.
Kegiatan evaluasi terhadap suatu program video memiliki fungsi yang sangat penting. Evaluasi program merupakan proses atau upaya untuk melakukan pemerian, pengumpulan, dan penyediaan informasi tentang suatu program yang telah dibuat. Informasi ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kelanjutan dari program tersebut. Data-data yang dihasilkan dari kegiatan ini sangat diperlukan untuk keperluan perbaikan dan penyempurnaan program-program video yang dihasilkan agar program menjadi layak untuk disiarkan atau dimanfaatkan peserta didik yang menjadi sasaran program. Evaluasi program video edukasi ini dapat dilakukan secara formatif dan secara sumatif.

B. Tahapa Evaluasi Media Video
Salah satu pendekatan dalam evaluasi program video adalah klasifikasi berdasarkan aspek yang akan dievaluasi. Klasifikasi ini dibedakan menjadi :
1. Evaluasi terhadap masukan
Evaluasi terhadap masukan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sarana dan prasarana yang mendukung pencapaian tujuan, baik menyangkut kelengkapan fasilitas, kualitas serta penggunaanya.
2. Evaluasi terhadap proses
Evaluasi terhadap proses ditujukan pada kegiatan-kegiatan program, khususnya mengenai peranan berbagai komponen dalam berlangsungnya proses kegiatan tersebut.
3. Evaluasi terhadap hasil
Evaluasi terhadap hasil ditujukan pada pencapaian kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang telah diperoleh
Tiagarajan dan Stolovitch menggambarkan adanya enam tahapan evaluasi yang perlu dilakukan dalam pengembangan-pengembangan media instruksional. Keenam tahapan tersebut berbeda dalam hal pelaksanaan, dan juga dalam hal lingkupnya. Keenam tahapan tersebut meliputi : Self Appraisal, Expert Appraisal, Individual Tryout, Group Tryout, Field Test, dan Maintenannce.

1. Self Appraisal
Self Appraisal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pengembang sendiri. Kegiatan ini terjadi bila yang bersangkutan menilai rancangan/naskah program media atau prototipe yang dibuatnya. Umpan balik yang diperolehnya selanjutnya dipergunakan untuk memperbaiki, meningkatkan rancangan/naskah atau prototipe yang bersangkutan. Menilai transparansi yang dibuat sendiri tergolong kegiatan self appraisal.

2. Expert Appraisal
Expert Appraisal adalah kegiatan mencari informasi (umpan balik) dari para ahli terhadap naskah/rancangan prototipe yang dikembangkan. Para ahli tersebut adalah ahli (atau minimal mengetahui) bidang studi atau media instruksional. Informasi mereka hendaknya dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki naskah/rancangan/prototipe tersebut.
Apabila dua tahap pertama dilaksanakan dengan baik dan benar, maka program yang dikembangkan akan lebih baik daripada tidak dievaluasi sama sekali. Apabila diinginkan lebih yakin lagi akan kebolehan program media tersebut maka naskah/rancangan/prototipe program tersebut hendaknya dicoba ke sasaran di lapangan.
Keuntungan yang diperoleh melakukan kegiatan uji coba adalah sedapat-dapatnya menghilangkan kekukangan/kelemahan program media yang dikembangkan. Tindakan yang kurang bijaksana jika menggandakan dan menyebarluaskan media yang mempunyai kelemahan dan kesalahan. Itu tindakan pemborosan. Jika suatu program telah teruji keefektifan dan efisiensinya maka semakin banyak program digandakan akan semakin hemat biaya.

3. Individual Try-Out
Individual Try-Out adalah evaluasi satu lawan satu, bertujuan mengidentifikasi masalah-masalah besar dan jelas yang ada dalam draft pertama program media instruksional dan segera merevisi draft media tersebut atas dasar masukan yang diperolehnya. Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari kegiatan ini meliputi :
a. Kesalahan dalam memilih lambang visual
b. Kurangnya contoh
c. Terlalu banyak atau sedikitnya materi
d. Urutan penyajian yang keliru
e. Pertanyaan atau petunjuk yang kurang jelas
f. Tujuan tidak sesuai dengan materi
Sebelum melaksanakan evaluasi ini draft atau prototipe media instruksional tersebut harus sudah ada, walaupun belum dalam bentuk final. Apabila media tersebut noncetak, story board sudah cukup untuk dipakai mengadakan kegiatan ini. Setelah selesai percobaan program tersebut kesatu sasaran dan revisi telah dilakukan, barulah dicobakan ke sasaran berikutnya dengan prosedur yang sama. Baru setelah ini prototipe dicobakan ke kelompok kecil.

4. Group Try-Out
Group Try-Out merupakan evaluasi kelompok kecil. Evaluasi kelompok kecil bertujuan untuk Mengetahui revisi –revisi yang dilakukan pada tahap terdahulu efektif atau tidak, mengidentifikasi kesulitan-kesulitan atau kelemahan yang tersisa, dan menentukan fisibilitas administratifnya
Untuk itu maka bahan-bahan yang akan dicobakan sudah terbentuk rapi walaupun belum final atau sempurna. Pada tahap ini program perlu dicobakan pada 8 sampai 24 orang responden yang mewakili target populasi. Mengapa jumlah tersebut ? Sebab jumlah yang kurang dari 8 orang data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sebaliknya jika lebih dari 24 orang data tersebut melebihi dari yang diperlukan dan kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam evaluasi kelompok kecil. Jumlah tersebut tidak harus semuanya berkumpul dalam satu ruangan bersama-sama, tergantung pada hakikat media yang dirancang. Perlu diusahakan jumlah itu mewakili siswa/sasaran yang kurang pandai, sedang, dan pandai; laki-laki dan perempuan; berbagai usia; dan latar belakang.
Apabila program media yang dibuat untuk proses belajar mengajar di kelas, pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan guru atau dosen kelas (dengan petunjuk dari dosen evaluasi media), atau dosen sendiri sebagai perancang dan pengembang media.

5. Field Test
Field Test atau Field Evaluation adalah tahap akhir evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Perlu diusahakan memperoleh situasi yang semirip dengan situasi yang sebenarnya.
Setelah melalui evaluasi dua tahap di atas tentunya media yang dibuat sudah mendekati kesempurnaan. Namun dugaan itu masih perlu dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang dibuat itu diuji.
Satu hal yang perlu dihindari untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi evaluasi lapangan adalah apa yang disebut dengan efek halo (Hallo Effect). Situasi seperti ini muncl apabila media itu dicobakan pada kelompok responden yang salah. Misalnya apabila dikembangkan media film bingkai atau transparansi lalu dicobakannya pada siswa-siswa yang belum pernah melihat program film bingkai atau transparansi. Atau mungkin juga bahan belajar/kuliah mandiri yang dicobakan kepada siswa yang tak pernah belajar secara mandiri sebelumnya. Pada situasi seperti ini informasi yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga hasilnya kurang dapat dipercaya.
6. Maintenannce Evaluation
Evaluasi pemeliharaan terhadap media hendaknya dilakukan terhadap semua jenis media. Hal ini perlu diupayakan agar usia media tersebut bisa bertahan lebih lama. Evaluasi yang berkaitan dengan pemeliharaan media sangat ditentukan sejauh mana perawatan yang maksimal terhadap media telah dilakukan.
Perawatan terhadap berbagai jenis media secara umum meliputi :
• Membersihkan secara rutin bagian-bagian media
• Menyimpan media di tempat yang bersih, nyaman, aman dan temperatur yang sesuai
• Penataan/penempatan sesuai dengan jenis media
• Membersihkan katalog untuk masing-masing media, dan lain-lain
Dengan demikian maintenannce evaluation harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan, agar pemeliharaan dapat dilakukan secara maksimal. Untuk mengetahui apakah maintenannce telah dilakukan secara rutin dan maksimal, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan antara lain :
- Apakah tempat penyimpanan macam-macam media benar-benar bersih, aman, nyaman, dan lain-lain?
- Apakah dilakukan pembersihan bagian-bagian media secara rutin?
- Apakah penataan/penempatan media sesuai?
Evaluasi media / program video edukasi yang baik perlu memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Beorientasi pada tujuan
2. Sifatnya komprehensif
3. Menggunakan berbagai pendekatan
4. Serasi dan berkesinambungan
5. Berfungsi ganda
6. Berorientasi pada kriteria keberhasilan

Langkah-langkah Evaluasi Program Televisi/Video Pembelajaran
Evaluasi melalui uji coba lapangan ini, ditempuh dengan cara menguji cobakan program dengan melibatkan peserta didik dalam jumlah yang terbatas, tetapi telah terwakili seluruh karakteristik yang ada pada peserta didik yang akan menjadi sasaran program.

1. Evaluasi Tahap Awal (Preview)
Setelah program televisi/video pembelajaran selesai diproduksi, sebelum diuji cobakan ke lapanan kepada peserta didik dalam jumlah yang terbatas terlebih dahulu program tersebut perlu kita evaluasi secara intern, evaluasi pada tahap ini sering disebut dengan istilah preview program. Pada kegiatan preview ini kita libatkan sejumlah orang untuk dimintai pendapat, dan komentar-komentarnya untuk memberikan saran, dan penilaian tentang program-program televisi/video pembelajaran yang akan ditayangkan/dimanfaatkan oleh peserta didik.
Komentar, saran, pendapat maupun penilaian yang diminta dari mereka yang menyangkut berbagai aspek yang berhubungan dengan program televisi/video pembelajaran (aspek materi, aspek kurikulum, aspek pembelajaran, dan media).
Orang-orang (responden) yang akan dimintai untuk memberikan saran, pendapat, dan penilaian dalam kegiatan ini adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidang: materi pembelajaran, kurikulum, pengembangan instruksional, dan pihak penyandang , dana/sponsor.
Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Responden dikumpulkan pada suatu tempat yang representatif (nyaman), kemudian evaluator menjelaskan kepada responden tentang maksud, dan tujuan mereka diundang.
b. Program diputar, responden memperhatikan dengan seksama, kalau perlu sambil membuat catatan-catatan kecil.
c. Responden diminta untuk memberikan saran, komentar maupun pendapat-pendapatnya tentang program yang baru saja mereka saksikan dengan mengisi instrumen yang telah disediakan.
d. Analisis hasil evaluasi berdasarkan masukan-masukan dari para responden yang dikerjakan oleh evaluator.
e. Perbaikan/penyempurnaan program oleh tim kerabat kerja produksi ber-dasarkan hasil analisis yang disampaikan oleh evaluator.
f. Sekali lagi mengun, dang para responden yang terlibat dalam kegiatan preview untuk melihat kembali program televisi/video yang telah diperbaiki berdasarkan masukan-masukan yang mereka berikan.
g. Bila hasilnya telah dinyatakan bagus, maka program siap diuji cobakan di lapangan kepada peserta didik dalam jumlah yang terbatas.
Tetapi bila program ternyata masih ada lagi yang perlu diperbaiki , dan disempurnakan, maka kerabat produksi masih mempunyai tugas untuk memperbaikinya.

2. Evaluasi Lanjutan (Uji Coba Lapangan)
Evaluasi ini merupakan kegiatan lanjutan setelah program televisi/video pembelajaran dinilai bagus atau layak untuk ditayangkan oleh tim penilai yang melakukan preview program.
Secara umum kegiatan evaluasi pada tahap ini antara lain bertujuan untuk mengetahui :
a. Reaksi peserta didik selama mereka mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media televisi/video.
b. Bagaimana pendapat , dan saran-saran dari pemirsa (khususnya peserta didik yang menjadi sampel uji coba) terhadap program-program televisi/video yang telah mereka manfaatkan baik dari segi kemudahan penyampaian materi pembelajarannya untuk mereka pahami, manfaat yang mereka rasakan setelah memanfaatkan program (khususnya yang berhubungan dengan penambahan pengetahuan, dan keterampilan), dimana letak daya tarik program, dan lain-lain.

17.7.08

Pengembangan Media Pembelajaran

ABSTRACT

Purnomo, Edi. 2007. Development of learning Video Media for the Deaf Extraordinary students of Elementary School in Sidoarjo. Thesis of Learning Technology Program, Pascasarjana Program of PGRI Adi Buana University Surabaya. Advisor: (1) Prof. Dr. Nyoman Sudana Degeng, M. Pd., (2) Drs. Karel Purba, SE., MM.

Key Word: Development, Learning Video Media for The deaf students.

Government regulation no. 72, 1991 especially arranged about the holding extraordinary education. One of them is holding the education for the deaf students. The extraordinary education purposes to help the students that have Physical or mental anomaly, so that they can develop their attitude, Knowledge, and skills as a person or society member in performing the interrelationship with social environment, cultural, and environment, and also can develop the ability in the job world or join in the next education.
To increase the efficiency and affectivity of learning process for the deaf students needs a planning and a learning development specially suited with the students’ character. That case can be applied for example with developing the learning strategy and developing learning media, by exploiting excess owned by the deaf students, it is sense of sight. To maximize the potential, technology application is a suitable solution. By exploiting the learning technology, learning process that is very effective and efficient is big opportunity to reach.
Developing the learning media video for the deaf students, is back-grounded the reason that is still limited the learning media video designed specially for the deaf students. Learning video program that is developed specially the deaf students by using the total with communication approach by deceiving visual audio potency that has an opportunity to create the effective and efficient learning, because it can help to deliver the massage with functioning the two both of senses.
The purpose of development of this learning media video is to produce the learning video media format that is suitable with the deaf students’ character by following the instructional development procedure Dick and Cerey.

The development activity produced one program of learning video. Based on the review of the result contain, linguist, designer of media, and target s got data about accuracy of learning video media contain, accuracy of learning video media language, accuracy of learning strategy, and interesting learning video media for the deaf students of elementary school in Sidoarjo. From the data got, known product of learning video media development for the deaf students of elementary school in Sidoarjo is proved having accuracy and interesting as learning video media that is suitable with the students’ level and characteristic.

Pohon Perdamaian

Pohon Perdamaian
Pohon "Sumpah Gajah Mada" mojo di Jepret di Hotel Manohara Borobudur